Inovasi Konstruksi di Tol Probowangi dengan Deep Cement Mixing

Adhyasta

Deep Cement Mixing

MNCFest.com, Jakarta– Pembangunan infrastruktur terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan metode konstruksi yang semakin inovatif. Salah satu metode terbaru yang diterapkan dalam pembangunan Jalan Tol Probolinggo–Banyuwangi (Probowangi) Paket II adalah deep cement mixing (DCM). Metode ini digunakan untuk meningkatkan stabilitas serta daya dukung tanah dasar guna memastikan ketahanan konstruksi dalam jangka panjang.

DCM merupakan teknik perbaikan tanah yang efektif, terutama untuk kondisi tanah yang tidak stabil. Metode ini bekerja dengan cara mengebor tanah dan mengisinya dengan semen, yang kemudian dicampurkan secara merata untuk meningkatkan kekuatan tanah. Dengan penerapan DCM, struktur jalan tol menjadi lebih kokoh dan mampu menahan beban kendaraan berat yang melintas di atasnya.

Sebagai salah satu proyek strategis nasional, Tol Probowangi Paket II dikerjakan oleh kerja sama operasi (KSO) yang terdiri dari beberapa perusahaan konstruksi terkemuka, yaitu PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI), PT Acset Indonusa Tbk (Acset), dan PT Nindya Karya (Persero). Kombinasi keahlian dari berbagai pihak ini diharapkan mampu menghadirkan infrastruktur berkualitas tinggi yang memberikan manfaat bagi masyarakat dan ekonomi daerah.

Menurut Direktur Operasi III HKI, Aditya Novendra Jaya, penerapan metode DCM dalam pembangunan tol merupakan salah satu inovasi yang baru diterapkan dalam proyek jalan tol di Indonesia.

“Biasanya metode ini digunakan kontraktor dalam membangun jenis pekerjaan gedung dan bangunan,” terang Aditya dalam keterangannya, Senin (10/2/2025). Dengan demikian, penggunaan DCM pada proyek Tol Probowangi Paket II menunjukkan terobosan baru dalam industri konstruksi tanah air.

Seiring dengan penerapan metode DCM, proyek pembangunan Tol Probowangi Paket II yang mencakup STA 09+000 hingga STA 20+200 dengan total panjang 11,20 kilometer, kini telah mencapai progres sebesar 81,91 persen. Hal ini menandakan bahwa proyek ini berada di jalur yang tepat menuju penyelesaian sesuai target.

Tidak hanya mengandalkan metode DCM, pembangunan Tol Probowangi Paket II juga memanfaatkan teknologi modern lainnya, seperti Building Information Modelling (BIM) yang didukung dengan penggunaan Light Detection and Ranging (LiDAR). Teknologi ini memungkinkan pemetaan topografi yang lebih akurat serta pembuatan model tiga dimensi dari lingkungan yang akan dibangun. Dengan adanya BIM, proses konstruksi dapat direncanakan dengan lebih matang sehingga dapat mengurangi kesalahan di lapangan, mengoptimalkan sumber daya, serta meminimalkan limbah konstruksi.

“Dengan menggunakan BIM, proses konstruksi di lapangan menjadi lebih efektif dikarenakan perencanaan konstruksi yang matang dan detail untuk mengurangi rework dan waste,” tutup Aditya.

Dengan penerapan metode DCM serta teknologi konstruksi berbasis digital seperti BIM dan LiDAR, proyek Tol Probowangi Paket II menunjukkan bahwa industri konstruksi di Indonesia terus berkembang menuju standar yang lebih tinggi. Pembangunan infrastruktur yang lebih stabil, efisien, dan berkelanjutan seperti ini diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan konektivitas di wilayah Jawa Timur.

Adhyasta

Adhyasta Dirgantara adalah seorang jurnalis yang aktif. Ia telah menulis berbagai artikel berita yang mencakup beragam topik, termasuk isu-isu politik, keamanan, dan peristiwa nasional. Sebagai reporter, Adhyasta berperan dalam menyajikan informasi yang akurat dan terpercaya kepada masyarakat.

Related Post

Ads - Before Footer