MNCFest.com, Bangkok- Sebuah gedung pencakar langit yang baru selesai dibangun di kawasan Din Daeng, Bangkok, ambruk seketika setelah gempa bumi 7,7 magnitudo mengguncang wilayah Asia Tenggara, Kamis (28/3/2025). Gedung 27 lantai tersebut runtuh tanpa peringatan, menimbulkan korban jiwa dan memicu gelombang pertanyaan mengenai kualitas konstruksi dan pengawasan proyek.
Ironisnya, bangunan tersebut merupakan proyek infrastruktur pemerintah Thailand yang belum sempat digunakan. Gempa besar yang berpusat di wilayah Myanmar memang terasa hingga Bangkok. Namun, tidak ada gedung lain yang mengalami kerusakan serupa, apalagi hingga ambruk total.
Pemerintah Thailand segera membentuk tim investigasi independen untuk menyelidiki insiden ini. Perhatian utama mengarah pada China Railway No.10 Engineering Group Co. Ltd., kontraktor utama proyek yang berasal dari Tiongkok. Perusahaan ini telah terlibat dalam puluhan proyek infrastruktur strategis di Thailand sejak 2018.
“Ini bukan hanya soal gempa. Kami ingin memastikan tidak ada kelalaian dalam standar keselamatan bangunan,” ujar Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra dalam konferensi pers di Bangkok, Jumat (29/3).
Selain itu, Kementerian Perindustrian Thailand mengirimkan tim laboratorium untuk menguji sampel baja dan beton dari reruntuhan. Mereka menduga ada potensi penggunaan material di bawah standar, sebagaimana dikhawatirkan oleh sejumlah pakar sipil dari Universitas Chulalongkorn dan lembaga audit bangunan independen.
Sorotan publik juga semakin tajam ketika aparat keamanan menangkap empat warga negara Tiongkok yang kedapatan membawa puluhan dokumen teknis proyek keluar dari lokasi kejadian. Aksi tersebut dinilai janggal karena dilakukan tanpa izin otoritas. Beberapa dokumen yang diamankan diduga berisi spesifikasi material dan blueprint bangunan.
Foto-foto penangkapan para teknisi asing tersebut tersebar di media sosial dan menimbulkan spekulasi liar. Warganet menuding ada upaya menutupi kesalahan teknis atau bahkan manipulasi administratif dalam proyek senilai miliaran baht tersebut.
China Railway No.10 tak sendiri dalam proyek ini. Mereka menggandeng Italian-Thai Development (ITD), perusahaan lokal yang dikenal luas dalam proyek infrastruktur. Meski secara hukum hanya memiliki 49 persen saham dalam kerja sama, pihak China disebut lebih dominan dalam perencanaan dan eksekusi proyek.
Investigasi terhadap rekam jejak China Railway No.10 di Thailand pun dimulai. Sejak 2019, perusahaan ini telah menangani sedikitnya 13 proyek besar, termasuk pembangunan bandara regional, rumah sakit tahan gempa, dan fasilitas olahraga nasional. Beberapa proyek tercatat selesai tepat waktu dan sesuai anggaran. Namun, belakangan muncul laporan tentang lemahnya pengawasan mutu.
Pada 2023, Tiongkok menjadi investor asing terbesar di Thailand, menyumbang lebih dari 25 persen dari total Foreign Direct Investment (FDI). Masuknya modal asing dalam proyek pemerintah sering dipandang sebagai bukti keberhasilan diplomasi ekonomi Bangkok. Namun, tragedi ini menggugah diskusi tentang transparansi dan akuntabilitas.
“Proyek pemerintah harus bebas dari kompromi terhadap kualitas. Apalagi ini menyangkut keselamatan publik,” ujar Thongchai Pattarapong, profesor teknik sipil dari King Mongkut’s University of Technology.
Wakil Perdana Menteri Anutin Charnvirakul menyatakan bahwa semua pihak, lokal maupun asing, akan dimintai pertanggungjawaban. “Pemerintah tidak akan melindungi siapa pun. Jika ditemukan pelanggaran, izin operasional bisa dicabut, dan tuntutan pidana akan dijatuhkan,” katanya kepada wartawan.
Di sisi lain, perwakilan dari Kedutaan Besar Tiongkok di Bangkok menyampaikan belasungkawa dan komitmen untuk bekerja sama dalam penyelidikan. “Kami berharap proses ini dilakukan secara objektif dan adil,” kata juru bicara kedutaan, Li Fang, dalam siaran pers resmi.
Insiden ini menjadi pengingat keras bahwa pembangunan masif yang ditopang oleh investasi asing tetap harus memegang prinsip kehati-hatian dan pengawasan ketat. Apalagi, ketika proyek-proyek tersebut berada di bawah tanggung jawab negara dan menyangkut kepentingan publik yang luas.
Pemerintah Thailand menjanjikan audit menyeluruh terhadap proyek-proyek yang melibatkan kontraktor asing, terutama dari Tiongkok. Menteri Transportasi juga menginstruksikan peninjauan ulang atas proyek-proyek yang tengah berjalan, guna mencegah kejadian serupa terulang.
Sebagai negara yang tengah mendorong transformasi infrastruktur, Thailand kini menghadapi tantangan besar: menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan keselamatan. Tragedi gedung ambruk ini telah membuka mata publik tentang perlunya transparansi dan pengawasan yang ketat, tanpa memandang siapa yang menjadi rekan dalam pembangunan.

