MNCFest.com, Jakarta- Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmennya dalam membangun tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall yang membentang dari Banten hingga Gresik. Proyek besar ini bertujuan untuk melindungi wilayah pantai utara Pulau Jawa dari ancaman kenaikan permukaan air laut yang semakin mengkhawatirkan akibat perubahan iklim. Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Wilayah, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), telah ditugaskan untuk merealisasikan proyek ambisius ini.
Dalam pidatonya di Kongres VI Partai Demokrat yang berlangsung di Jakarta pada Selasa, 25 Februari 2025, Prabowo menegaskan bahwa proyek ini menjadi salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan infrastruktur nasional. “Saya tidak tahu berapa tahun proyek ini akan rampung, tapi dengan tekad yang kuat, kita akan menuntaskannya. Ini adalah tugas besar di pundak Menko Infrastruktur,” ujar Prabowo dengan penuh keyakinan.
Presiden menekankan bahwa pembangunan Giant Sea Wall ini bukan sekadar wacana, melainkan sudah memiliki dukungan anggaran yang jelas. “Jangan ragu! Ini bukan sekadar potensi, kita punya sumber daya, kita punya anggaran, dan kita akan mulai secepatnya,” tegasnya. Ia pun mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mendukung proyek ini agar dapat segera terealisasi.
Gagasan pembangunan tanggul laut raksasa sejatinya bukan hal baru. Hashim Sujono Djojohadikusumo, yang menjabat sebagai Utusan Presiden Bidang Iklim dan Energi, mengungkapkan bahwa proyek ini sudah mulai dirancang sejak era Orde Baru pada tahun 1994. Namun, hingga kini belum ada eksekusi konkret. Pemerintah Presiden Prabowo Subianto kini memastikan bahwa pembangunan Giant Sea Wall akan benar-benar direalisasikan, dengan panjang mencapai 700 kilometer dari Banten hingga Jawa Timur.
“Pemerintah Prabowo telah memutuskan untuk melaksanakan beberapa program besar, termasuk pembangunan tanggul laut raksasa sepanjang 700 km dari Banten sampai Jawa Timur,” ujar Hashim dalam acara ESG Sustainable Forum 2025 yang digelar di Jakarta, Jumat, 31 Januari 2025.
Proyek ini menjadi krusial untuk menyelamatkan kawasan pesisir utara Pulau Jawa, termasuk lahan pertanian yang terancam oleh intrusi air laut. Hashim menyoroti kekhawatiran para nelayan dan petani yang mengalami dampak langsung dari kenaikan permukaan air laut. “Jika kita tidak bertindak sekarang, jutaan hektare lahan sawah yang subur di pantai utara Jawa akan terancam tenggelam,” tegasnya.
Selain itu, pemerintah Jakarta juga mendukung proyek ini sebagai bagian dari solusi jangka panjang untuk mengatasi banjir. Gubernur Jakarta Pramono Anung menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam pembangunan tanggul laut raksasa. “Kerja sama antara pemerintah pusat dan pemerintah Jakarta harus diperkuat. Giant Sea Wall ini tidak hanya berfungsi untuk mencegah banjir, tetapi juga sebagai sumber air tawar yang sangat dibutuhkan,” ujarnya.
Proyek pembangunan Giant Sea Wall ini diprediksi akan membutuhkan waktu 10 hingga 20 tahun untuk rampung sepenuhnya. Meski demikian, pemerintah optimistis bahwa dengan perencanaan matang dan dukungan semua pihak, proyek ini dapat berjalan dengan baik. Prabowo pun mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersatu dalam merealisasikan proyek infrastruktur strategis ini.
“Tidak ada kata terlambat bagi kita untuk melindungi tanah air. Kita harus bertekad menjaga lahan pertanian produktif yang ada di pantai utara Jawa. Ini adalah upaya nyata untuk masa depan bangsa,” kata Hashim.
Dengan segala tantangan yang ada, proyek Giant Sea Wall Banten sampai Gresik diyakini akan menjadi solusi besar dalam menghadapi ancaman kenaikan air laut, sekaligus menjaga keberlangsungan ekonomi masyarakat pesisir. Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan, proyek ini diharapkan dapat membawa manfaat jangka panjang bagi Indonesia.

