MNCFest.com, Jakarta- Implementasi sistem transaksi tol non-tunai nirsentuh atau Multi Lane Free Flow (MLFF) di Indonesia masih belum terealisasi sesuai jadwal. Program inovatif yang bertujuan mengurangi antrean kendaraan di gerbang tol ini terus mengalami penundaan sejak target awalnya pada Juni 2023. Uji coba yang direncanakan di Jalan Tol Bali Mandara pun kini baru diharapkan bisa dimulai pada akhir 2024 atau awal 2025.
Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo menegaskan bahwa saat ini pemerintah sedang fokus untuk menyelesaikan aspek tata kelola atau governance dari proyek ini sebelum dapat melangkah lebih jauh. “Yang saya harus kerjakan hari ini adalah membereskan governance-nya dulu,” ujar Dody dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (21/02/2025). Ia juga menyatakan telah berkomunikasi dengan Pemerintah Hungaria sebagai investor utama dalam proyek MLFF ini. “Sebagai Menteri PU, saya tidak mau proyek ini disia-siakan dan salah. Makanya saya persuasif kepada Pemerintah Hungaria,” tambahnya.
Proses implementasi MLFF tidak hanya menghadapi tantangan teknis, tetapi juga persoalan anggaran. Menurut Dody, anggaran Kementerian PU yang masih diblokir oleh Kementerian Keuangan menjadi salah satu hambatan utama dalam melanjutkan proyek ini. “Anggaran saya hari ini masih dikunci sehingga saya belum bisa apa-apa. Saya sudah punya program dan sudah berbicara dengan Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) serta Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga. Tapi pada saat anggaran itu masih dikunci, saya belum bisa apa-apa,” jelasnya.
Ia memperkirakan bahwa proyek MLFF baru bisa kembali berjalan dalam tiga hingga empat bulan setelah anggaran dibuka. “Kasih waktu-lah saya mungkin 3-4 bulan setelah (anggaran) dibuka, nanti langkah apa saja yang mesti kita kerjakan,” kata Dody. Dalam pengembangannya, teknologi MLFF menggunakan sistem Global Navigation Satellite System (GNSS) untuk mendeteksi kendaraan yang melewati jalan tol. Pengguna tol perlu menginstal aplikasi Cantas atau memiliki electronic On Board Unit (e-OBU) di kendaraan mereka, yang akan memungkinkan transaksi dilakukan secara otomatis tanpa perlu berhenti di gerbang tol. Aplikasi ini nantinya bisa diunduh melalui Play Store maupun App Store.
Keuntungan dari penerapan sistem ini cukup signifikan. Selain mengurangi antrean panjang yang kerap terjadi di gerbang tol, MLFF juga diyakini mampu meningkatkan efisiensi operasional, menghemat konsumsi bahan bakar, serta menekan polusi udara yang dihasilkan dari kendaraan yang berhenti dan berjalan kembali dalam antrean. Dengan total transaksi harian di gerbang tol yang mencapai empat juta transaksi, implementasi sistem ini berpotensi mengurangi pemborosan bahan bakar subsidi secara drastis.
Namun, hingga saat ini, meskipun berbagai negara maju telah menerapkan sistem transaksi tol non-tunai nirsentuh, Indonesia masih tertinggal dalam penerapannya. Kementerian PU terus berupaya agar proyek ini dapat berjalan tanpa kendala besar dan tetap menghormati kontrak yang telah dibuat. “Tunggulah, kasih waktu saya. Tapi pokoknya kalau sudah ada kontrak, kita harus hormati kontrak tersebut,” ujar Dody.
Adapun pelaksanaan MLFF di Indonesia melibatkan Badan Usaha Pelaksana (BUP) MLFF, yakni RITS, yang merupakan anak perusahaan Roatex Ltd. Zrt. dari Hungaria. Investasi yang ditanamkan oleh Pemerintah Hungaria dalam proyek ini mencapai 300 juta dolar Amerika Serikat. Dengan nilai investasi yang besar, keberhasilan MLFF di Indonesia akan menjadi tonggak penting dalam modernisasi sistem transportasi tol di Tanah Air.
Ke depan, pemerintah berharap bahwa setelah kendala tata kelola dan anggaran diselesaikan, implementasi MLFF dapat segera berjalan sesuai rencana. Jika sistem ini berhasil diterapkan, Indonesia tidak hanya akan mengikuti jejak negara-negara maju dalam efisiensi transaksi tol, tetapi juga menciptakan pengalaman berkendara yang lebih nyaman dan ramah lingkungan bagi masyarakat.

