MNCFest.com – Industri Baja Nasional terus menunjukkan potensinya dalam mendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia. Pemerintah terus mendorong efisiensi dalam anggaran pembangunan, termasuk dengan memperluas pemanfaatan baja dalam konstruksi gedung tinggi, jembatan bentang panjang, dan struktur tahan gempa.
Salah satu proyek besar yang menjadi fokus adalah pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), yang kini memasuki Tahap II untuk periode 2025-2029. Pada tahap ini, pembangunan akan difokuskan pada ekosistem perkantoran legislatif dan yudikatif serta fasilitas pendukungnya. Selain itu, terdapat proyek investasi murni senilai sekitar Rp 6,5 triliun yang akan segera dimulai.
Di samping itu, proyek yang dilakukan melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) memiliki nilai yang sangat besar, mencapai Rp 60,9 triliun. Dengan besarnya skala pembangunan ini, industri baja Nasional memiliki peluang besar untuk berkontribusi secara signifikan.
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) aktif memperkuat kolaborasi dengan mitra jasa konstruksi guna mengoptimalkan pemanfaatan baja dalam pembangunan infrastruktur nasional. Hal ini sejalan dengan target utama PU608, yaitu menciptakan pembangunan infrastruktur yang profesional dan berkualitas dengan melibatkan industri dalam negeri.
Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan, Yudha Mediawan, yang mewakili Menteri PU, menegaskan pentingnya kesiapan dan ketersediaan sumber daya konstruksi dalam negeri, terutama baja, yang memiliki keunggulan dalam kecepatan pembangunan dan daya tarik estetika. “Isu strategis ini akan mendorong tren kebutuhan baja nasional untuk digunakan secara luas,” ungkap Yudha dalam Musyawarah Nasional III Indonesian Society of Steel Construction (ISSC) di Jakarta, Selasa (18/2/2025).
Data dari Kementerian Perindustrian menunjukkan bahwa sektor konstruksi menyerap sekitar 78 persen penggunaan baja nasional, dengan 40 persen di antaranya digunakan untuk infrastruktur dan 30 persen untuk sektor non-infrastruktur. Namun, industri konstruksi baja Indonesia masih belum berkembang sepesat industri beton. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain belum adanya regulasi dan standar SNI dalam fabrikasi baja, serta ketiadaan lembaga nasional yang secara khusus menangani sertifikasi dan standardisasi fabrikator serta tenaga kerja di bidang baja.
Selain itu, pengelolaan mutu material baja belum sepenuhnya optimal, dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam industri baja masih terbatas. Untuk mengatasi tantangan ini, Kementerian PU mengharapkan ISSC dapat berperan lebih aktif dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas konstruksi baja nasional. ISSC juga didorong untuk menjalin kerja sama dengan pemerintah dalam pengawasan dan pembinaan mulai dari tahap perencanaan, pengadaan, pelaksanaan, hingga pemanfaatan baja dalam proyek-proyek infrastruktur.
Lebih jauh, ISSC diharapkan dapat memastikan tata niaga material baja dalam negeri tetap terjaga dari persaingan produk impor. Langkah ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan pasokan baja berkualitas yang berbasis pada rantai produksi dalam negeri.
Dengan adanya dukungan pemerintah dan peran aktif ISSC, industri baja nasional memiliki peluang besar untuk berkembang dan memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan infrastruktur Indonesia, termasuk proyek strategis seperti IKN.

